Eki Sirojul Baehaqi (Ketua Umum PC.
PMII Kota Tasikmalaya)
Pendidikan merupakan hal penting yang harus
menjadi fokus perhatian bersama bagi setiap stakeholders. Proses
pendidikan yang benar yang diharapkan dapat dijalankan oleh setiap pemeran
pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat yang paling tinggi. Bila kita
membaca kembali pesan yang disampaikan oleh bapak pendidikan nasional, (alm) Ki
Hadjar Dewantara, beliau mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah untuk memanusiakan manusia sehingga manusia menjadi merdeka. Dan beliau
mengatakan pendidikan karakter merupakan proses yang semestinya dijalankan.
Mari kita coba melihat kembali definisi
pendidikan; menurut wikipedia bahwa “education in
its general sense is a form of learning in which knowledge, skills, and habits
of a group of people are transferred from one generation to the next through
teaching, training, research, or simply through autodidacticism.” Atau
kita coba bandingkan dengan definisi di dalam oxford dictionary
yang mengatakan bahwa “education is a process of teaching, training and
learning, especially in schools or colleges, to improve knowledge and develop
skills.” Dari kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan
melibatkan beberapa aktifitas diantaranya mengajar, belajar, berlatih,
meneliti untuk membangun ilmu pengetahuan, keterampilan dan juga prilaku/ watak
(habits). Hal ini selaras dengan gagasan Ki Hadjar Dewantara yang sudah
dikemukakan diatas.
Dalam kesempatan ini penulis hanya sekedar
mengingatkan bahwa mutu atau kualitas
pendidikan menjadi sesuatu yang sangat utama. Karena mutu akan sangat
menentukan kemajuan atau kemunduran peradaban suatu generasi baik saat ini
maupun masa yang akan datang (next generation). Ironis ketika penulis mengamati
beberapa fenomena yang terjadi pada generasi pelajar dan mahasiswa pada
khususnya, dan dalam beberapa kesempatan sempat berdialog mereka mengatakan
bahwa “persoalan bisa atau tidak bisa itu bukan hal yang penting yang
penting bagi kami adalah dapat lulus dengan cepat serta mendapatkan ijasah
(sertifikat kelulusan), agar dapat memudahkan untuk melamar pekerjaan dll”.
Bila mind set seperti itu masih terpelihara pada pikiran-pikiran
generasi kita, itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan di masa yang akan
datang. Malah mungkin kesucian pendidikan akan ternoda sehingga apapun
alasannya dan bagaimanapun caranya, pendidikan dijadikan alat bagi kepentingan
kelompok pragmatis tertentu untuk meraup keuntungan dengan menafikan hakikat
tujuan pendidikan itu sendiri. Na’udzubillahi mindzalik.
Maka untuk merespon fenomena yang terjadi diatas
perlu ada perhatian yang sangat serius dari pemerintah, pelaku pendidikan dan
masyarakat umum untuk membangun pemahaman bersama tentang pentingnya
meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan di daerah kita bersama (Kota
Tasikmalaya). Terkadang penulis ingin bertanya kepada siapapun terkait dengan
persoalan pendidikan ini; ”adakah hal yang lebih penting dari pada
KUALITAS ? “
Wallohu’alam bisshowab.

No comments:
Post a Comment